Fika's BLog

News,story,experience, information, knowledge, etc

RESUME EKOLOGI LAUT TROPIS

ENERGI

Energi diperlukan untuk melakukan kerja. Dengan kata lain tanpa energi kita tidak dapat melakukan kerja. Berjalan kaki, membangun rumah, dan menimba air adalah contoh kerja. Ketika ada bagian tubuh yang luka dan sel yang mati. Maka, tubuh yang luka harus disembuhkan dan sel yag mati diganti dengan sel yang baru. Penyembuhan luka dan penggantian sel merupakan pemeliharaan tubuh yang harus dilakukan secara terus menerus. Pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh juga merupakan kerja. Karena itu untuk dapat hidup kita harus mendapatkan energi dengan terus-menerus.

Energi tidak dapat kita lihat. Yang terlihat ialah efek energi tersebut. Misalnya, kita menggunakan energi untuk mendorong sebuah benda. Energi yang terpakai tidak Nampak. Yang Nampak ialah benda itu telah berpindah tempat. Dalam kehidupan kita, kita menggunakan tiga jenis energi yang berasal dari matahari, panas bumi, dan energi nuklir. Yang berasal dari energi nuklir yang berasal dari reaksi nuklir dalam reaktor atom. Hingga sekarang energi yang terbanyak yang kita pakai ialah energi matahari, terutama yang ditambatoleh tumbuhan hijau. Penambatan energi matahari itu terjadi dalam proses fotosintesis.

Dalam proses ini energi matahari diubah menjadi energi kimia yang tersimpan dalam molekul glukosa. Seperti telah diuraikan di muka molekul gula itu terbentuk dalam proses fotosintesis dari air dan gas CO2 yang terdapat dalam udara. Gula selanjutnya diubah menjadi pati yang tersimpan dalam tubuh dan digunakan sebagai bahan untuk membentuk tubuh tumbuhan, misalnya akar, batang, dan daun.

Energi yang terkandung dalam tubuh tumbuhan itu menjadi sumber energi makhluk hidup lain. Makanan yang kita makan mengalami”pembakaran” dalam tubuh kita. Pembakaran ini tidak menggunakan api, melainkan melalui reaksi kimia tertentu dalam tubuh yang merupakan bagian dari metaboisme. Dalam metabolism itu, energi dalam makanan diubah menjadi bentuk yang dapat digunakan untuk melakukan erja, seperti gerak otot. Karena metabolisme itu terjadi di dalam tubuh kita.

Angin sebenarnya juga mengandung energi. Energi angin itu dapat digunakan untuk menggerakkan perahu layar dan kicir angin. Kincir angin dapat dipakai untuk memutar mesin atau membangkitkan listrik. Terjadinya angin ialah oleh perbedaan suhu di dua tempat karena perbedaan penyinaran oleh matahari atau perbedaan penyerapan sinar matahari. Angin mengalir dari tempat yang dingin ke tempat yang panas, yaitu dari Australia ke daratan Asia. Demikian pula pada siang hari suhu permukaan daratan lebih tinggi dari suhu permukaan laut, karena daratan lebih mudah dipanaskan oleh matahari daripada air. Pada siang hari angin bergerak dari laut ke daratan. Jadi angin sebenarnya berasal dari energi matahari.

Air yang mengalir dari sungai mengandung energi. Jika sungai dibendung, energi aliran air itu dapat digunaka untuk memutar generator untuk membangkitkan listrik. Air yang mengalir di sungai semula berasal dari laut. Air laut menguap karena penyinaran oleh matahari. Uap terhembus oleh angin ke daratan dan terbentuk awan waktu angin naik karena adanya gunung. Awan berubah menjadi hujan dan sebagian air hujan mengalir di sungai. Jadi, energi dalam air sungai juga berasal dari matahari.

HABITAT

Tempat hidup semua makhluk hidup disebut habitat. Misalnya, habitat ikan emas ialah perairan tawar dan habitat ikan hiu ialah perairan asin di laut. Habitat dalam batas tertentu sesuai dengan persyaratan hidup makhluk yang menghuninya. Batas bawah persyaratan hidup disebut titik minimum dan batas atas disebut dengan titik maksimum. Antara dua kisaran itu terdapat titik optimum. Ketiga titik itu, yaitu minimum, maksimum, dan optimum disebut titik cardinal.

Apabila sifat habitat berubah sampai di luar titik maksimum atau minimum, makhluk itu akan mati atau harus pindah ke tempat lain. Apabila perubahannya lambat, misalnya terjadi pada beberapa generasi, makhluk itu umumnya dapat menyesuaikan diri dengan kondisi baru di luar batas semula. Melalui proses tersebut sebenarnya telah terjadi makhluk yang mempunyai sifat yang lain, yang disebut ras baru, bahkan dapat terjadi jenis baru.

Habitat makhluk dapat lebih dari satu. Misalnya, ikan salem, yang terkenal di Eropa dan Amerika Utara, waktu dewasa mempunyai habitat di laut. Waktu akan bertelur ikan itu berenang ke sungai sampai ke hulu. Di daerah hulu ikan bertelur. Anak ikan untuk beberapa tahun tinggal di sungai. Kemudian kembali ke laut untuk menjadi dewasa sampai saatnya ikan akan bertelur.

RELUNG

Konsep relung (niche) dikembangkan oleh Charles Elton (1927) ilmuwan Inggris. Di dalam habitatnya makhluk hidup mempunyai cara tertentu untuk hidup. Burung yang hidup di sawah ada yang memakan serangga, ada yang memakan buah padi, ada pula yang memakan katak dan ikan. Cara hidup itu disebut relung. Relung itu ada yang bersifat umum adapula yang bersifat khas. Makhluk yang mempunyai relung yang umum disebut generalis.

Relung dapat diartikan sebagi profesi makhluk hidup dalam habitatnya. Profesi menunjukkan fungsi makhluk hidup di dalam habitatnya. Habitat itu dapatlah disebut alamat makhluk. Berjenis makhluk dapat hidup bersama dalam satu habitat. Akan tetapi apabila dua jenis makhluk mempunyai relung yang sama, akan terjadi persaingan.

Niche atau nicia atau ecological niche, tidak hanya meliputi ruang/tempat yang ditinggali organisme, tetapi juga peranannya dalam komunitas, dan posisinya pada gradient lingkungan: temperatur, kelembaban, pH ,tanah dan kondisi lain. Tidak hanya tergantung dimana organism tadi hidup, tetapi juga pada apa yang dilakukan organism termasuk mengubah energi, bertingkah laku, bereaksi, mengubah lingkungan fisik maupun biologi dan bagaimana organisme dihambat oleh spesies lain.

ADAPTASI

Makhluk hidup dalam batas tertentu mempunyai kelenturan. Kelenturan ini memungkinkan makhluk itu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Penyeuaian itu secara umum disebut adaptasi. Kemampuan adaptasi mempunyai nilai untuk kelangsungan hidup. Makin besar kemampuan adaptasi, maka suatu jenis dapat menempati habitat yang beraneka ragam. Adaptasi dapat terjadi dengan beberapa cara. Adaptasi dapat melalui proses fisiologi. Misalnya, moluska bivalvia biasanya merupakan osmoregulator yang buruk dan tanggap terhadap penurunan salinitas yang drastis dengan menutup diri di dalam cangkangnya untuk menghindari pengenceran cairan tubunya yang berlebihan dengan air. Adaptasi dominan yang diperlukan untuk kelangsungan kehidupan estuaria adalah adaptasi yang berhubungan dengan mempertahankan kesimbangan ion cairan tubuh menghadapi fluktuasi salinitas eksternal. Adaptasi yang yang lain adalah adaptasi morfologi, yaitu adaptasi bentuk tubuh. Misalnya, ukuran badan organisme estuaria yang umumnya lebih kecil daripada kerabatnya yang sepenuhnya hidup di laut dan berkurangnya jumlah ruas tulang punggung di antara ikan-ikan. Organism estuaria yang mendiami lumpur seringkali mempunyai rumbai-rumbai halus dari rambut atau setae, yang menjaga jalan masuk ke ruangan pernafasn agar permukaan pernafasan tidak tersumbat oleh partikel lumpur. Situasi ini umum bagi kepiting estuaria dan banyak moluska bivalvia.

Adaptasi pada ikan laut dalam salah satunya adalah mata berbentuk pipa (tubular) dari genus Argyropelecus. Beberapa family ikan memiliki mata berbentuk pipa sehingga bentuk ikan-ikan ini amat aneh. Mata ikan berbentuk silinder pendek berwarna hitam dengan sebuah lensa tembus cahaya berbentuk setengah lingkaran di puncak silinder. Tiap mata mempunyai dua retina, yang satu di pangkal silinder dan yang satunya lagi di dinding silinder. Retina di pangkal silinder berfungsi untuk melihat objek-objek yang jauh.


Materi mengenai Evolusi, Suksesi, dan Faktor Pembatas dapat dilihat pada link di bawah ini

http://diwicintalaut.blogspot.com/2011/04/ekologi-laut-tropis.html

SUMBER

Soemarwoto, Otto. 1983. Ekologi, Lingkungan Hidup, dan Pembangunan. Jakarta: Penerbit Djambatan

Nybakken, James W. 1988. Biologi Laut. Jakarta: PT. Gramedia

KLORIN SEBAGAI SALAH SATU KOMPONEN AIR LAUT

Sebagian besar komponen air laut adalah garam-garam yang beraneka ragam. Jumlah masing-masing garam yang terkandung di dalam air laut berbeda-beda. Bahkan, komposisi garam antara air laut di daerah satu dengan daerah lainnya pun berbeda. Garam-garaman utama yang terdapat dalam air laut adalah klorida (55%), natrium (31%), sulfat (8%), magnesium (4%), kalsium (1%), potassium (1%), dan sisanya (kurang dari 1%) terdiri dari biokarbonat, bromida, asam borak, strontium dan florida.

Sumber: Marine Chemistry (Horne, 1969) dan The open university, 1996

Komposisi Elemen Mayor di Laut

Komposisi kimia air laut telah diteliti oleh seorang ahli oseanografi yang sangat terkenal, W. Dittmar pada tahun 1873. Peneliti ini menggunakan contoh air laut sebanyak 77 contoh yang diambil dari beberapa perairan di Samudera Pasifik, Hindia, dan Atlantik melalui suatu ekspedisi yang dilakukan oleh H.M.S. Challenger. Ia mendeterminasi tentang garam-garam, sulfat, magnesium, kalsium, dan kalium (potassium) dan jenis kimia lainnya dalam takaran garam per kilogram (ppm).

Penelitian kandungan kimia yang ada di laut terus berlangsung sejak abad ke-18, dan hasil kajian terakhir yang diberitakan lewat buku yang dikeluarkan oleh The Open University dan buku Marine Chemistry, komposisi kimia yang terlarut di dalam air sebanyak 81 unsur. Tabel di atas menunjukkan delapan unsur yang terdapat paling banyak di lautan.

Kimia yang terkandung di air laut ada yang merupakan unsur utama (mayor) , unsur tambahan (minor), dan unsur yang langka (trace). Kimia unsur utama adalah zat kimia yang melekat langsung dengan salinitas. Komposisi air laut yang konstan tetap dipertahankan karena kebanyakan unsur utama menunjukkan sifat konservatif, yaitu konsentrasi di air laut tidak mengalami perubahan yang berarti akibat reaksi biologi dan kimia di laut. Namun, secara umum di dalam air laut terdapat sejumlah unsur yang dominan (bagian mayoritas) dan unsur pelengkap(bagian minoritas). Salah satu unsur dominan komponen penyusun air laut adalah Klorin.

Sebelum kita mempelajari lebih jauh mengenai klorin sebagai salah satu komponen penyusun air laut, kita kenali dulu sejarah, sifat-sifat unsur klorin ini.

Klorin

http://inspirehalogen.wordpress.com
  • Sejarah

Ditemukan oleh Scheele pada tahun 1774 dan dinamai oleh Davy pada tahun 1810. Klorin ditemukan di alam dalam keadaan berkombinasi dengan gas Cl, senyawa dan mineral seperti Karnalit dan silvit.


  • Sifat-sifat

Gas klorin berwarna kuning-kehijauan, dapat larut dalam air, mudah bereaksi dengan unsur lain. Klorin dapat mengganggu pernapasan, merusak selaput lendir dan dalam wujud cairnya dapat membakar kulit. Klorin tergolong dalam grup unsur halogen (pembentuk garam) dan diperoleh dari garam klorida dengan mereaksikan zat oksidator atau lebih sering dengan proses elektrolisis. Merupakan gas berwarna kuning kehijauan dan dapat bersenyawa dengan hampir semua unsur. Pada suhu 10oC, satu volume air dapat melarutkan 3.10 volume klorin, sedangkan pada suhu 30oC hanya 1.77 volume.

  • Penanganan

Klorin mengiritasi sistem pernapasan. Bentuk gasnya mengiritasi lapisan lendir dan bentuk cairnya bisa membakar kulit. Baunya dapat dideteksi pada konsentrasi sekecil 3.5 ppm dan pada konsentrasi 1000 ppm berakibat fatal setelah terhisap dalam-dalam. Kenyataannya, klorin digunakan sebagai senjata kimia pada perang gas di tahun 1915. Terpapar dengan klorin tidak boleh melebihi 0.5 ppm selama 8 jam kerja sehari-40 jam per minggu.

  • Kegunaan

Klorin digunakan secara luas dalam pembuatan banyak produk sehari-hari. Klorin digunakan untuk menghasilkan air minum yang aman hampir di seluruh dunia. Bahkan, kemasan air terkecil pun sudah terklorinasi.

Klorin juga digunakan secara besar-besaran pada proses pembuatan kertas, zat pewarna, tekstil, produk olahan minyak bumi, obat-obatan, antseptik, insektisida, makanan, pelarut, cat, plastik, dan banyak produk lainnya.

Kebanyakan klorin diproduksi untuk digunakan dalam pembuatan senyawa klorin untuk sanitasi, pemutihan kertas, desinfektan, dan proses tekstil. Lebih jauh lagi, klorin digunakan untuk pembuatan klorat, kloroform, karbon tetraklorida, dan ekstraksi brom.

Kimia organik sangat membutuhkan klorin, baik sebagai zat oksidator maupun sebagai subtitusi, karena banyak sifat yang sesuai dengan yang diharapkan dalam senyawa organik ketika klor mensubtitusi hidrogen, seperti dalam salah satu bentuk karet sintetis.

http://inspirehalogen.wordpress.com


Klorin di Laut

Komposisi kimia di laut dapat dipengaruhi oleh adanya perubahan bahan organik, Bahan organik maupun anorganik yang masuk ke dalam perairan laut akan terlarut di air mengalami proses penguraian membentuk larutan padat dan gas. Komposisi kimia di perairan laut sangat kompleks bahkan saling berinteraksi sehingga untuk melakukan determinasi bahan kimia dari alam yang terlarut sangat sulit karena:

  • Beberapa kelarutan substansi termasuk ion klorida (Cl) dan natrium (Na) merupakan konsentrasi tertinggi, sementara beberapa logam kecil sulit terdeteksi di air laut.
  • Dua jenis kimia yaitu natrium dan potasium (K) sangat ulit dideterminasi secara akurat.
  • Kenyataan bahwa beberapa suspensi gas berikatan dengan fosfat, arsenik, kalsium, stronsium, klorida, bromida, dan iodium.
Karena kombinasi elemen yang diterminasi ada dalam bentuk bersamaan tetapi hasil analisanya ha ya terdeteksi satu komponen, seperti kalsium dan stronsium dikalkulasi sebagai “kalsium (Ca)”, demikian juga unsur klorida, bromide, dan iodium dikalkulasi sebagai “klorida” (Rompas, Rumampuk, Rompas, 2009 dalam Oseanografi Kimia)

Halogen pada perairan terdapat dalam bentuk ion monovalen, misalnya ion flourida (F-), ion klorida (Cl-), bromin (Br-), dan ion iodide (I-). Unsur-unsur halogen biasanya ditemukan di perairan laut. Unsur klor dalam air laut dijumpai dalam bentuk ion klorida. Ion klorida adalah salah satu anion organik utama yang ditemukan di perairan alami. Ion klorida ditemukan dalam jumlah besar, sedangkan ion halogen lainnya ditemukan dalam jumlah yang relatif sedikit. Klorin, Bromin, dan Iodin terkandung pada air laut dalam bentuk garam-garam halida dari natrium, magnesium, kalium, dan kalsium. Klorida biasanya terdapat dalam bentuk senyawa natrium klorida (NaCl), Kalium klorida (KCl), dan Kalsium klorida (CaCl2). Garam halida yang paling banyak adalah NaCl. Klorida membentuk kebanyakan garam zat terlarut dalam lautan bumi, kira-kira 1.9% komposisi air laut adalah ion klorida. Larutan klorida dengan kepekatan lebih tinggi dijumpai di Laut Mati dan longgokan air garam bawah tanah.

Kadar klorida bervariasi menurut iklim. Pada perairan yang di wilayah yang beriklim basah (humid), kadar klorida biasanya kurang dari 10 mg/liter; sedangkan pada perairan di wilayah semi-arid dan arid (kering), kadar klorida mencapai ratusan mg/liter. Keberadaan klorida pada perairan alami berkisar antara 2-20 mg/liter. Kadar klorida 250 mg/liter dapat mengakibatkan air menjad asin (Rump dan Krist, 1992). Air laut mengandung klorida sekitar 19.300 mg/liter (McNeely et al., 1979).

Kadar klorida yang tinggi, misalnya pada air laut, yang diikuti oleh kadar kalsium dan magnesium yang juga tinggi dapat meningkatkan sifat korosivitas air. Perairan yang demikian mudah mengakibatkan terjadinya perkaratan peralatan yang terbuat dari logam.

Kebanyakan klorida larut dalam air, oleh itu klorida biasanya ditemui secara berlimpah di kawasan beriklim kering, atau bawah tanah. Mineral klorida biasa termasuklah halit (natrium klorida), sylvite (kalium klorida), dam karnalit (kalium magnesium klorida heksahidrat).

Hakekatnya kandungan ion klorin dan beberapa ion yang kandungannya sedikit seperti bromida dan iodium diterah sebagai klorinitas. Kloronitas adalah jumlah total dari klorin, bromide, dan Iodim dalam gram yang ada dalam satu kilogram air laut, dengan asumsi bromide dan yodium ada dalam bentuk klorida (Cl).

Klorida tidak bersifat toksik bagi makhluk hidup, bahkan berperan dlam pengaturan tekanan osmotik sel. Klorin sering digunakan sebagai disinfektan untuk menghilangkan mikroorganisme yang idak dibutuhkan, terutama bagi air yang diperuntukkan bagi kepentingan domestic. Beberapa alas an yang menyebabkan klorin sering digunakan sebagai disinfektan adalah sebagai berikut (Tebbut, 1992).

  • Dapat dikemas dalam bentuk gas, larutan, dan bubuk (powder)
  • Relatif murah
  • Memiliki daya larut yang tinggi serta dapat larut pada kadar yang tinggi (7.000 mg/liter).
  • Residu klorin dalam bentuk larutan tidak berbahaya bagi manusia, jika terdapat dalam kadar yang tidak berlebihan.
  • Bersifat sangat toksik bagi mikroorganisme, dengan cara menghambat aktivitas metabolisme mikroorganisme tersebut.

Sumber:

Hutabarat, Sahala dan Stewart M. Evans. 1984. Pengantar Oseanografi. Jakarta: Penerbit UI-Press.

Rompas, Rizald Max; Natalie DC Rumampuk dan Julius Robert Rompas. 2009. Oseanografi Kimia. Jakarta: Sekretariat Dewan Kelautan Indonesia.

Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Supangat, Agus dan Susanna. Pengantar Osenografi. Pusat Riset Wilayah Laut dan Sumberdaya Non-hayati Badan Riset Kelautan dan Perikanan Departemen Kelautan dan Perikanan

http://inspirehalogen.wordpress.com/category/uncategorized/page/2/

http://masterkimiaindonesia.com/materi-sma/halogen-neni/



My Profile

Foto saya
Mahasiswi Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran angkatan 3 :)

Followers

Diberdayakan oleh Blogger.

Twitter

Comments

Total Pageviews